Punk, Bukan Sekadar Dandanan Wednesday, Sep 17 2008
Uncategorized
7:56 am
Oi…oi…oi… Suatu kali, jika Anda berpapasan dengan salah satu dari
kelompok ini, sapa saja mereka dengan kata-kata seperti itu. Niscaya,
seseram apapun tampang dan gaya mereka—dalam benak Anda tentunya—mereka
pasti akan membalas dengan kata-kata yang sama, malah mungkin dengan
bonus senyuman.
Jangan heran kalau mereka menunjukkan persahabatan. Kata-kata itu adalah semacam salam persahabatan di kalangan punker’s (julukan buat orang-orang yang menganut gaya hidup punk). Rambut berwarna-warni berdiri tegak seperti landak—aslinya gaya rambut Indian Mohawk—baju (biasanya bertuliskan band-band kelompok punk asing) dan celana lusuh sobek-sobek, sepatu boot ala tentara, piercing di mana-mana, tatto dan satu dua orang yang menambahkan eye liner di kelopak mata untuk menambah kesan “kegelapan”.
Berawal pada pertengahan tahun 60-an dan semakin menggema di awal 70-an, musik punk mulai dikenal di dunia. Saat itu, band Patti Smith, The Velvet Underground, Dolls of New York (berubah menjadi New York Dolls) mulai menebarkan gaya hidup alternatif yang menjurus bohemian (nomaden) yang berakar pada kebebasan penuh. Mereka juga menebarkan bentuk hiburan baru yang juga bohemian. Tapi semuanya berakar kepada prinsip “do it yourself” atau lakukan semuanya sendiri. Musik punk terdengar energik, pendek-pendek, agresif, cepat, dengan lirik-lirik penuh kemarahan, protes, anti perang, perlawanan (terutama pada pola hidup konsumtif) dan kadang mengumandangkan perjuangan kelas sosial yang kemudian dikenal dengan musik punk rock. Setelah era band-band itu, muncul band-band baru seperti The Ramones, The Talking dan yang melegenda, Sex Pistols.
Sejak itu, gaya rambut mohawk, pakaian lusuh dan pin mempengaruhi banyak band. Dari tempat pertunjukan legendaris CBGB di Lower East Side New York’s di Amerika Serikat, musik punk lalu menyebar dan perlahan berkembang menjadi gaya hidup dan bahkan sebagai way of life.
Punk akhirnya juga sampai ke Medan pada awal 90-an. Awalnya, cuma segelintir orang yang menganutnya, lama-kelamaan jumlahnya sudah ratusan. Biasanya, mereka akan terkonsentrasi pada acara-acara musik, terutama musik underground. Saat pertunjukan musik seperti itu, biasanya mereka menunjukkan gaya khas dengan bergoyang pogo dan moshing (tarian mengikuti alur musik sambil membenturkan tubuh satu dengan lainnya). Meski terlihat keras, namun biasanya semua berakhir damai. Peace…
Mereka bisa berasal dari mana saja, bahkan mungkin dari tempat yang tak pernah Anda bayangkan. Namun, sehari-harinya perempatan jalanan adalah rumah mereka. Dengan gitar dan ukulele, mereka mencoba menghibur orang-orang yang terjebak di lampu merah. Malamnya, mereka melanjutkan ngamen di tempat-tempat makan.
Saat semakin malam, mereka berteduh di emperan-emperan rumah toko untuk tidur. Esoknya, kehidupan yang sama kembali terulang dan mesti dijalani lagi, seperti Sisifus yang dikutuk.
Foto: Daenk Haryono
Teks: Denny Sitohang
Oleh Redaksi Web – Thursday 01 March 2007 – 12:08:00
Jangan heran kalau mereka menunjukkan persahabatan. Kata-kata itu adalah semacam salam persahabatan di kalangan punker’s (julukan buat orang-orang yang menganut gaya hidup punk). Rambut berwarna-warni berdiri tegak seperti landak—aslinya gaya rambut Indian Mohawk—baju (biasanya bertuliskan band-band kelompok punk asing) dan celana lusuh sobek-sobek, sepatu boot ala tentara, piercing di mana-mana, tatto dan satu dua orang yang menambahkan eye liner di kelopak mata untuk menambah kesan “kegelapan”.
Berawal pada pertengahan tahun 60-an dan semakin menggema di awal 70-an, musik punk mulai dikenal di dunia. Saat itu, band Patti Smith, The Velvet Underground, Dolls of New York (berubah menjadi New York Dolls) mulai menebarkan gaya hidup alternatif yang menjurus bohemian (nomaden) yang berakar pada kebebasan penuh. Mereka juga menebarkan bentuk hiburan baru yang juga bohemian. Tapi semuanya berakar kepada prinsip “do it yourself” atau lakukan semuanya sendiri. Musik punk terdengar energik, pendek-pendek, agresif, cepat, dengan lirik-lirik penuh kemarahan, protes, anti perang, perlawanan (terutama pada pola hidup konsumtif) dan kadang mengumandangkan perjuangan kelas sosial yang kemudian dikenal dengan musik punk rock. Setelah era band-band itu, muncul band-band baru seperti The Ramones, The Talking dan yang melegenda, Sex Pistols.
Sejak itu, gaya rambut mohawk, pakaian lusuh dan pin mempengaruhi banyak band. Dari tempat pertunjukan legendaris CBGB di Lower East Side New York’s di Amerika Serikat, musik punk lalu menyebar dan perlahan berkembang menjadi gaya hidup dan bahkan sebagai way of life.
Punk akhirnya juga sampai ke Medan pada awal 90-an. Awalnya, cuma segelintir orang yang menganutnya, lama-kelamaan jumlahnya sudah ratusan. Biasanya, mereka akan terkonsentrasi pada acara-acara musik, terutama musik underground. Saat pertunjukan musik seperti itu, biasanya mereka menunjukkan gaya khas dengan bergoyang pogo dan moshing (tarian mengikuti alur musik sambil membenturkan tubuh satu dengan lainnya). Meski terlihat keras, namun biasanya semua berakhir damai. Peace…
Mereka bisa berasal dari mana saja, bahkan mungkin dari tempat yang tak pernah Anda bayangkan. Namun, sehari-harinya perempatan jalanan adalah rumah mereka. Dengan gitar dan ukulele, mereka mencoba menghibur orang-orang yang terjebak di lampu merah. Malamnya, mereka melanjutkan ngamen di tempat-tempat makan.
Saat semakin malam, mereka berteduh di emperan-emperan rumah toko untuk tidur. Esoknya, kehidupan yang sama kembali terulang dan mesti dijalani lagi, seperti Sisifus yang dikutuk.
Foto: Daenk Haryono
Teks: Denny Sitohang
Oleh Redaksi Web – Thursday 01 March 2007 – 12:08:00
PUNK Friday, Sep 5 2008
Uncategorized
3:49 am
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek “jor-joran” yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Gaya hidup dan Ideologi
- Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek “jor-joran” yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
[sunting] Punk dan Anarkisme
- Lihat juga Anarko-punk
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
[sunting] Punk di Indonesia
Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi’s, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.
Comments Off
Konser musik Punk Rock Klasik se Jawa-Bali Friday, Sep 5 2008
Uncategorized
2:43 am
Press Release
Konser musik Punk Rock Klasik se Jawa-Bali
BALI SKINHEAD JAMBORE INDONESIA BERSATU
—Konser musik Punk Rock Klasik se Jawa-Bali—
Denpasar – Bali
Sebuah konser musik bertajuk ” BALI SKINHEAD JAMBORE – INDONESIA BERSATU” akan
digelar di Kuta tanggal 20 Mei mendatang. Selain untuk menyatukan komunitas
skinhead ( pengusung musik Oi! Punk Rock Klasik) se-Indonesia, konser ini juga
digelar untuk membangkitkan rasa nasionalisme khususnya di kalangan generasi
muda.
Konser yang berlangsung di hari Kebangkitan Nasional ini dimeriahkan beberapa
band Oi! dari di Jawa-Bali seperti The End (Jakarta), Plester-X (Surabaya), No
Mans Land, Botol, Prussian Gestapoe (Malang), serta beberapa band Punk & Metal
Oi! lokal Bali seperti The Stomper, The Resistance, Revolusi, The Nipple, Rest
N Chy, Super Mario dan The Bois.
Selain membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri, grup band Oi! yang tampil juga
akan membawakan beberapa lagu-lagu band Oi! legendaris seperti Sham69, The
Business, Cock Sparrer, Manace, The Templars, On File, Blitz dan beberapa grup
Band Oi! legendaris lainnya.
Menurut salah satu panitia konser Bali Skinhead Jambore, I Ketut Adi Sutrisna,
Konser ini dilatarbelakangi pemikiran adanya berbagai peristiwa di indonesia
yang mengarah pada disintegrasi bangsa, seperti kasus Aceh, Papua dan beberapa
provinsi lainnya yang berujung pada keinginan untuk keluar dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). “melalui konser ini kita berharap rasa nasionalisme
kaum muda bisa dibangkitkan dan semakin mencintai tanah air Indonesia,” kata
pria yang akrab dipanggil Centong ini.
Centong menambahkan, format konser Punk Rock Klasik atau Oi! musik dipilih
dengan harapan pesan yang ingin disampaikan lebih cepat diterima kalangan muda.
Selain itu ajang ini juga untuk mempersatukan komunitas Skinhead (pengusung dan
pecinta musik Punk Rock Klasik) di Indonesia yang selama ini eksistensinya
tidak begitu terlihat. Selain untuk memupuk rasa nasionalisme konser Bali
Skinhead Jambore ini juga memberikan pesan bagi kalangan generasi muda untuk
selalu bekerja keras, solidaritas antar sesama manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik.
Kata Skinhead dalam konteks ini menurut salah satu panitia acara ini lebih
berkonotasi positif yakni komunitas yang perduli pada masalah sosial serta
menjunjung tinggi solidaritas atau persaudaraan. Skinhead merujuk kepada para
pengikut budaya musik Punk Rock Klasik yang rambutnya dipangkas botak atau
gundul. Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang
rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi. Pada
awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja, utamanya buruh
pelabuhan dan buruh pabrik,” jelasnya Konser ini akan berlangsung di Jak Resto
Kuta selama sehari dan merupakan hasil kerjasama RumahMedia.com selaku event
organizer dan komunitas Denpasar Punk NSkin. Komunitas Oi! dari luar Bali sudah
menyambut antusias dan menyatakan ketertarikannya untuk bisa hadir di event
ini,” kata centong
Sejarah Skinhead
Pertama orang mendengar kata Oi! pasti identik dengan skinhead dan skinhead
identik dengan rasis. Jadi, Oi! adalah musik rasis. Salah besar ! Dari dulunya
juga skinhead nggak rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke
Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari rude boys (inget SKA) dan Mods,
tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough.
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir
70-an setelah kemunculan punk rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang,
band seperti Cron Gen, X-Ray Spex, On File, Sham69, The Business dan Cock
Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba
memulai “Anarchy In the UK”. Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan
Sham69 dan Cock Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi
bagian yang solid dari movement itu (terima kasih untuk Garry Bushell, penulis
di Sounds, koran musik di Inggris). Garry percaya bahwa punk rock adalah musik
protes dan mengumpulkan semua street punk band di bawah bendera Oi! seperti The
Business, The 4-skins, Combat 84, Infa Riot, dan The Last Resort menyerbu punk
scene dengan jenis realita mereka.
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an dan di Amerika, hardcore adalah musik
yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya
musiknya Skinhead. Musik Oi! adalah musik untuk semua orang yang berjalan di
jalanan kota dan melihat rendah pada kaum tertindas dapat dihubungkan dengan
Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat
dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa ada persamaan hak juga
dapat dihubungkan dengan Oi!. Dan ingat, Oi! bukan musik rasis. Musik Oi! tidak
memandang perbedaan ras, warna dan kepercayaan.
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup
sebagai skinhead, protes, kelas pekerja, kebersamaan, sepak bola, bir dan
sedikit violence ! Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada punks, rude
boys, ska, mods dan herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang
yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang
biasa yang cinta dengan Musik Oi!.
Di Indonesia, Musik Oi! Sudah dikenal mulai tahu 90-an. Ketika terjadi booming
Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya possers,
trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan “mati”-nya tren
ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah
Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula
kultur atau budaya yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut.
Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia tetap bersatu dan bertambah banyak
komunitasnya. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke
Indonesia. Antara lain adalah Red And Anarchist Skinhead dan Skinhead Against
Racial Prejudice.
Informasi selengkapnya : www.baliskinheadjambore.com
Konser musik Punk Rock Klasik se Jawa-Bali
BALI SKINHEAD JAMBORE INDONESIA BERSATU
—Konser musik Punk Rock Klasik se Jawa-Bali—
Denpasar – Bali
Sebuah konser musik bertajuk ” BALI SKINHEAD JAMBORE – INDONESIA BERSATU” akan
digelar di Kuta tanggal 20 Mei mendatang. Selain untuk menyatukan komunitas
skinhead ( pengusung musik Oi! Punk Rock Klasik) se-Indonesia, konser ini juga
digelar untuk membangkitkan rasa nasionalisme khususnya di kalangan generasi
muda.
Konser yang berlangsung di hari Kebangkitan Nasional ini dimeriahkan beberapa
band Oi! dari di Jawa-Bali seperti The End (Jakarta), Plester-X (Surabaya), No
Mans Land, Botol, Prussian Gestapoe (Malang), serta beberapa band Punk & Metal
Oi! lokal Bali seperti The Stomper, The Resistance, Revolusi, The Nipple, Rest
N Chy, Super Mario dan The Bois.
Selain membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri, grup band Oi! yang tampil juga
akan membawakan beberapa lagu-lagu band Oi! legendaris seperti Sham69, The
Business, Cock Sparrer, Manace, The Templars, On File, Blitz dan beberapa grup
Band Oi! legendaris lainnya.
Menurut salah satu panitia konser Bali Skinhead Jambore, I Ketut Adi Sutrisna,
Konser ini dilatarbelakangi pemikiran adanya berbagai peristiwa di indonesia
yang mengarah pada disintegrasi bangsa, seperti kasus Aceh, Papua dan beberapa
provinsi lainnya yang berujung pada keinginan untuk keluar dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). “melalui konser ini kita berharap rasa nasionalisme
kaum muda bisa dibangkitkan dan semakin mencintai tanah air Indonesia,” kata
pria yang akrab dipanggil Centong ini.
Centong menambahkan, format konser Punk Rock Klasik atau Oi! musik dipilih
dengan harapan pesan yang ingin disampaikan lebih cepat diterima kalangan muda.
Selain itu ajang ini juga untuk mempersatukan komunitas Skinhead (pengusung dan
pecinta musik Punk Rock Klasik) di Indonesia yang selama ini eksistensinya
tidak begitu terlihat. Selain untuk memupuk rasa nasionalisme konser Bali
Skinhead Jambore ini juga memberikan pesan bagi kalangan generasi muda untuk
selalu bekerja keras, solidaritas antar sesama manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik.
Kata Skinhead dalam konteks ini menurut salah satu panitia acara ini lebih
berkonotasi positif yakni komunitas yang perduli pada masalah sosial serta
menjunjung tinggi solidaritas atau persaudaraan. Skinhead merujuk kepada para
pengikut budaya musik Punk Rock Klasik yang rambutnya dipangkas botak atau
gundul. Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang
rasis dan Neo-Nazi, namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi. Pada
awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja, utamanya buruh
pelabuhan dan buruh pabrik,” jelasnya Konser ini akan berlangsung di Jak Resto
Kuta selama sehari dan merupakan hasil kerjasama RumahMedia.com selaku event
organizer dan komunitas Denpasar Punk NSkin. Komunitas Oi! dari luar Bali sudah
menyambut antusias dan menyatakan ketertarikannya untuk bisa hadir di event
ini,” kata centong
Sejarah Skinhead
Pertama orang mendengar kata Oi! pasti identik dengan skinhead dan skinhead
identik dengan rasis. Jadi, Oi! adalah musik rasis. Salah besar ! Dari dulunya
juga skinhead nggak rasis. Budaya ini mulai dengan masuknya imigran Jamaika ke
Inggris. Cara berpakaian skinhead diadopsi dari rude boys (inget SKA) dan Mods,
tapi dengan tampilan yang lebih Tough dan Rough.
Oi! berarti hello dalam aksen cockney di Inggris. Oi! musik bermula di akhir
70-an setelah kemunculan punk rock. Ketika gelombang pertama punk menyerang,
band seperti Cron Gen, X-Ray Spex, On File, Sham69, The Business dan Cock
Sparrer sudah bernyanyi tentang hidup di jalanan di saat Sex Pistols mencoba
memulai “Anarchy In the UK”. Lalu reality punk atau street punk dimulai dengan
Sham69 dan Cock Sparrer, seperti juga Slaughter and The Dogs juga Menace.
Ketika era 80-an menyerang dan punk rock mendapatkan nafas baru, Oi! menjadi
bagian yang solid dari movement itu (terima kasih untuk Garry Bushell, penulis
di Sounds, koran musik di Inggris). Garry percaya bahwa punk rock adalah musik
protes dan mengumpulkan semua street punk band di bawah bendera Oi! seperti The
Business, The 4-skins, Combat 84, Infa Riot, dan The Last Resort menyerbu punk
scene dengan jenis realita mereka.
Musik Oi! mulai meredup di akhir 80-an dan di Amerika, hardcore adalah musik
yang didengar oleh Skinhead. Dapat dikatakan bahwa musik Oi! bukan hanya
musiknya Skinhead. Musik Oi! adalah musik untuk semua orang yang berjalan di
jalanan kota dan melihat rendah pada kaum tertindas dapat dihubungkan dengan
Oi!. Semua orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji dapat
dihubungkan dengan Oi!. Semua orang yang selalu merasa ada persamaan hak juga
dapat dihubungkan dengan Oi!. Dan ingat, Oi! bukan musik rasis. Musik Oi! tidak
memandang perbedaan ras, warna dan kepercayaan.
Lirik-lirik dalam Oi! cenderung bercerita tentang anti-rasis/fasis, hidup
sebagai skinhead, protes, kelas pekerja, kebersamaan, sepak bola, bir dan
sedikit violence ! Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada punks, rude
boys, ska, mods dan herberts. Yang dimaksud dengan Herberts adalah orang-orang
yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks. Mereka hanya orang-orang
biasa yang cinta dengan Musik Oi!.
Di Indonesia, Musik Oi! Sudah dikenal mulai tahu 90-an. Ketika terjadi booming
Ska di Indonesia, bermunculan banyak Skinhead, entah mereka hanya possers,
trendy wankers ataupun a true SKINHEAD itselfs. Seiring dengan “mati”-nya tren
ska karena dihantam secara dahsyat oleh major label, maka menghilang pulalah
Skinhead. Tapi ingat, setiap hilangnya suatu tren bukan berarti hilang pula
kultur atau budaya yang tercipta atau terbawa oleh trend tersebut.
Walaupun sedikit, tapi Skinhead di Indonesia tetap bersatu dan bertambah banyak
komunitasnya. Ada beberapa organisasi Skinhead di dunia yang masuk ke
Indonesia. Antara lain adalah Red And Anarchist Skinhead dan Skinhead Against
Racial Prejudice.
Informasi selengkapnya : www.baliskinheadjambore.com
Comments Off
Kisah anak punk Wednesday, Sep 3 2008
Uncategorized
11:54 am
Anak Punk Ga Selalu Reseh..!
Jangan selalu mencap miring anak punk, kalo belon dekat. Mereka emang cuek, tapi juga tau diri. Kenapa mesti berpakaian lusuh?
“Awas anak punk!” Peringatan kayak gitu
masih sering terdengar begitu melihat segerombolan anak punk di jalan.
Maklum, penampilan anak punk emang bikin “keder” banyak orang. Jaket
lusuh yang dipenuhi emblem, sepatu boots Doc Mart, celana panjang ketat,
spike (gelang berjeruji) di tangan, rambut tajamnya yang bergaya mohawk
(mohak) bikin punkers terkesan garang.
Bukan hanya penampilan yang membuat imej
punk jadi “lain” dari komunitas remaja kebanyakan, tapi juga tingkah
mereka. Bergerombol di jalan, kadang sampe pagi, dan kadang suka
terlibat tawuran. Maka, kompletlah punk kena cap sebagai komunitas yang
bermasalah. Padahal, apa sebenernya anak punk kayak gitu? Tukang bikin
rusuh?
“Salah banget kali, orang-orang ngelihat
kita kayak sampah masyarakat. Mereka yang mikir begitu, sebenarnya nggak
tau apa-apa tentang kita,” kata Oscar, salah satu anak punk Jakarta
Timur (Sorry, musti pake’ nama samaran).
Menurut Oscar, penampilan punk yang lusuh
bukan berarti kelakuan mereka juga minus. Apalagi penampilan kayak gitu
udah menjadi cirri khas punk. Mungkin kelihatan lusuh, dekil, kayak
orang aneh, tapi kita nggak pernah ngelakuin tidak criminal kayak
maling. “Kalo ada anak punk yang malak, dia nggak ngerti arti punk
sebenarnya. Mungkin cuma dandanan luar doang yang punk, dalemnya nggak
tau apa-apa,” tambah cowok berusia 16 tahun ini serius.
Tapi nggak bisa dipungkiri, penampilan,
penampilan punk yang sering kelihatan lusuh nggak terlepas dari sejarah
kelahiran punk itu sendiri. Menurut Oscar, punk lahir di jalanan, dari
orang-orang yang tertindas kayak gembel, buruh dan gelandangan yang
benci sama kapitalis di Eropa. Mereka benci ama orang kaya yang serakah
dan penindas orang miskin.
“Mereka akhirnya terbuang, sampe terus bikin
komunitas sendiri. Tapi, kalo lantas dianggap kriminal, ya salah. Punk
malah punya jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi, terutama buat
kelompoknya. Mereka juga memihak rakyat kecil,” jelas Oscar panjang
lebar.
BANYAK ALIRAN
Penampilan seperti itu, juga diikutin abis
ama anak punk di Indonesia. Tapi, bukan karena semata karena penampilan
yang bikin banyak remaja tertarik masuk kedalam komunitas punk,
melainkan karena motto anak punk itu sendiri. Equality (persamaan hak)
misalnya, termasuk yang bikin banyak remaja jatuh hati.
“Tadinya aku juga nggak suka ama anak punk,
tapi begitu aku coba gaul ama mereka, aku jadi tertarik. Mereka
mementingkan kebersamaan dalam segala hal, prinsip itu yang nggak aku
temuin di komunitas lain,” cerita Ricky (bukan nama sebenarnya) yang
udah jadi anak punk sejak duduk di kelas I SMP.
Ricky makin jatuh hati ketika ia merasa
cocok ama musik khas anak punkyang underground. Udah gitu lewat jalur
indie label, cowok yang duduk di kelas II SMP ini merasa bebas berkreasi
.Nggak bakal kena pengaruh ama perusahaan rekaman yang cenderung
komersil. Pokoknya ia merasa bebas.
Tapi, diakui Ricky, begitu gabung ama
komunitas punk, gaya hidupnya berubah berubah. Dandanan udah pasti.
Selain itu, ia jarang di rumah. Biasanya nongkrong ama sesama anak punk.
Kadang sampe pagi, terutama kalo hari libur. Pas nongkrong, biasanya
mereka ngobrol dan berdiskusi tentang musik atau komunitas punk. Nggak
jarang, mereka sering bertandang ke komunitas punk di tempat lain.
“Itu jadi semacam ‘kegiatan’ wajib. Selain bisa tau info baru tentang punk, kita juga bisa nambah temen baru,” tukas Ricky
Kegiatan lain, apalagi kalo bukan festival
band underground yang biasanya digelar tiap Minggu. Gedung Olah Raga
(GOR) biasanya paling sering dipakai buat acara mereka₪ Akibatnya, ada
yang menganggap anak punk identik ama GOR. Di Jakarta ada di Bulungan,
Youth Centre, dan Planet Senen. Termasuk GOR di Bekasi dan GOR Saparua
di Bandung. Asal tau aja GOR dipilih bukan karena mereka nggak mampu
menyewa tempat yang lebih mahal buat konser.
“Kalo kita mau, kita bisa kok bikin acara di
kafe. Persoalannya, cuma di GOR kita bisa bebas dan imejnya nggak
komersil,” tambah Ricky.
MEMILIH GEMBEL
Maklum aja kalo mereka ogah main di kafe
yang serba glamor. Karena, hampir sama dengan punk di nagri, punk di
Indonesia juga antikomersil, antikapitalis, dan anti keglamoran. Meski
begitu, bukan berarti anak punk miskin semua. Banyak kok anak punk yang
berasal dari rumah gedongan Tapi kesehariannya, mereka tetap
berpenampilan lusuh.
“Banyak anak punk yang kelihatan di konser –
konser itu, sebenernya anak orang kaya, lho! Rumahnya gedongan. Tapi,
mereka melepas semua itu dengan pake kostum gembel yang tak terawat,
supaya jadi punk. Mereka malah malu kalo kelihatan gaya,” cerocos Oscar.
Bukti lain kalo anak punk cukup berduit,
dengan seringnya bikin konser. Nah, segala biaya itu ditanggung ama
mereka sendiri. Misalnya geng A bikin acara, semua anggotanya patungan.
Mulai dari sewa gedung, bikin leaflet, sampe sewa alat segala. Udah
gitu, yang nonton juga dikutip bayaran, biasanya sekitar 10 ribu perak.
Ini kebersamaan juga, kita menghargai yang bikin acara, mereka juga
ngelakuin yang sama. Jadi anak punk itu hobinya bukan gratisan!” tambah
Ricky.
Nah, kebersamaan seperti itulah yang bikin
anak punk tetap kompak. Emang sih kadang ada yang suka “bandel”.
Misalnya, ada yang suka bikin keributan dan membenci kelompok tertentu.
Kalo udah gini, kamu nggak bisa mengartikan anak punk semuanya kayak
gitu. Karena di dalam punk itu sendiri, banyak alirannya. Bukan cuma
musiknya, tapi juga ciri khas lain. Misalnya punk street dan punk rock
yang hobinya nongkrong di jalanan.
POLITIK DAN GAYA
Ada juga kelompok lain yang sodaraan ama
punk, yaitu skinheads. Aliran yang “berkiblat” ama Nazi ini konon lebih
brutal dan rasis (benci ama kelompok tertentu) disbanding punk lainnya.
Di negara asalnya, kelompok yang biasanya disebut skinheads Nazi ini
memang sangat berbahaya. Tapi di Indonesia, cenderung nggak rasis.
Bahkan penampilannya lebih gaya ketimbang di nagri. Kelompok yang lahir
dari kaum pekerja itu masih banyak yang antiras.
Ada juga yang namanya skinheads politik.
Kelompok ini menurut Ricky lebih banyak terlibat ama dunia politik di
Indonesia, bahkan sering ikut aksi ama PRD. Maklum karena mereka punya
prinsip yang sama di bidang politik. “Mereka ikut karena paham masa
depannya sejalan dengan PRD,” tambah Ricky.
Yang menarik, ada kelompok yang menamakan
dirinya straight edge. Bukan seperti punk yang lainnya, komunitas ini
punya sikap yang lumayan “bersih” disbanding punk lain. Misalnya, mereka
antirokok, anti-seks bebas, dan vegetarian. “Tapi disini nggak banyak,”
kata Ricky.
Menurut Ricky, kalo nongkrong, nggak semua
anak punk suka nge-drugs. “Tapi aku akuin, ada yang suka minum – minum.
Tapi, kalo yang namanya junkies tinggalin deh! Anak punk udah nggak
setuju ama yang namanya junkies,” tambah Oscar.
Uniknya, meski mereka setia ama prinsip dan
aturan dalam komunitas, hampir dipastikan anak punk nmggak punya tokoh
yang patut dijadikan panutan. Boleh jadi karena kebersamaan. Jadi kalo
pun dianggap idola biasanya mereka menyebut Hitler. Tapi kebanyakan
lebih suka menyebut nama band kayak Sex Pistols dan The Bussiness. Itu
pun mereka kagum karena aliran musiknya yang menurut mereka keren punya.
“Namanya equality, jadi semuanya sama. Nggak pake pimpinan segala,” jelas Ricky.
PUNK : Do It Yourself dan Anti Kemapanan
Punk sebagai jenis musik, masuk ke tanah air
pada tahun 1980-an, bersamaan dengan kegandrungan anak-anak muda pada
grup band politis asal Inggris, Sex Pistol. Awal tahun 1990-an, beberapa
anak muda di Bandung kemudian mencoba mengartikulasi budaya impor itu
dengan berdandan punk: rambut berdiri (mohawk) yang dilengkapi berbagai
asesoris khasnya.
Agak unik ngobrol dengan komunitas ini.
Mereka punya sikap tegas dan berani berbeda secara prinsip. “Menurut
gue, punk itu mengembalikan kontrol atas diri loe sendiri. Do it
Yourself dan anti kemapanan,” terang Ika, yang juga kerap disebut Peniti
Pink, salah satu anggota komunitas punk di Jakarta. Dalam kacamata Ika,
punk lebih kepada persoalan melawan, bukan memberontak. “Kami melawan
ketidakadilan, melawan dari tekanan, bukan memberontak tapi melawan.
Anti kemapanan dalam arti menolak segala sesuatu yang sudah jadi status
quo,” tegas cewek yang dikontak via email itu.
Sebagai seorang perempuan, Ika tidak
merasakan adanya perbedaan perlakuaan antara punkers cewek dan cowok.
“Dalam skala besar, keterwakilan punker cewek memang tidak sebesar yang
cowok. Tapi sekarang sudah lumayan menonjol dan punya pengaruh juga,”
tambah Ika. Menurut Ika yang kerap menulis soal punk dan perempuan, punk
mampu melihat perempuan dengan lebih adil dan fair dibanding
mainstream.
Soal tudingan komunitas punk banyak
mengumbar kata-kata provokatif, Ika menolaknya. “Tidak juga. Organ-organ
politik dan agama di Indonesia, kayaknya malah lebih provokatif deh,”
kilahnya. Tapi Ika tidak menolak jika punk juga menjadi bagian dari gaya
hidup. “Punk juga bisa jadi fesyen, musik, atau apapun yang gue rasa
punk bisa masuk ke dalamnya,” tandasnya Ika lagi. Tapi percaya atau
tidak, Ika mengaku tidak berharap apa-apa dari scene punk di Indonesia.
“Tidak ada yang gue harapkan,” tegasnya.
Perkembangan scene punk –komunitas, gerakan,
musik, fanzine, dan lainnya– paling optimal adalah di Bandung, disusul
Malang, Yogyakarta, Jabotabek, Semarang, Surabaya, dan Bali.
Parameternya adalah kuantitas dan kualitas aktivitas: bermusik,
pembuatan fanzine (publikasi internal), movement (gerakan), distro
kolektif, hingga pembuatan situs.
Meski demikian, secara keseluruhan, punk di
Indonesia termasuk marak. Profane Existence, sebuah fanzine asal Amerika
menulis negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat
teratas di muka Bumi adalah Indonesia dan Bulgaria. Bahwa `Himsa`, band
punk asal Amerika sampai dibuat berdecak kagum menyaksikan antusiasme
konser punk di Bandung.
Di Inggris dan Amerika –dua negara yang
disebut sebagai asal wabah punk, konser punk hanya dihadiri tak lebih
seratus orang. Sedangkan di sini, konser punk bisa dihadiri ribuan
orang.
Mereka kadang reaktif terhadap publikasi
pers karena khawatir diekploitasi. Pers sebagai industri, mereka anggap
merupakan salah satu mesin kapitalis. Mereka memilih publikasi kegiatan,
konser, hingga diskusi ide-ide lewat fanzine.
Punk not DEAD!!!
Komunitas yang satu ini memang sangat
berbeda sendiri dibandingkan dengan komunitas pada umumnya. Banyak orang
yang menilai bahwa komunitas yang satu ini termasuk salah satu komuitas
yang urakan, berandalan dan sebagainya. Namun jika dicermati lebih
dalam banyak sekali yang menarik yang dapat Anda lihat di komunitas ini.
Punk sendiri terbagi menjadi beberapa komunitas-komunitas yang memiliki
ciri khas tersendiri, terkadang antara komunitas yang satu dengan
komunitas yang lain juga sering terlibat masalah. Walaupun begitu
mungkin beberapa komunitas Punk di bawah ini dapat mempengaruhi
kehidupan Anda sehari-hari.
Punk Community
Anarcho Punk
Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya.
Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.
Komunitas Punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Bisa dibilang mereka sangat menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya memang sudah menjadi bagiandari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas Punk yang lainnya.
Anarcho Punk juga sangat idealis dengan ideologi yang mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, Anti Authoritarianism dan Anti Capitalist.Crass, Conflict, Flux Of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.
Crust Punk
Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.
Jika Anda berpikir bahwa Anarcho Punk merupakan komunitas Punk yang sangat brutal, maka Anda harus menyimak yang satu ini. Crust Punk sendiri sudah diklaim oleh para komunitas Punk yang lainnya sebagai komunitas Punk yang paling brutal. Para penganut dari faham ini biasa disebut dengan Crusties. Para Crusties tersebut sering melakukan berbagai macam pemberontakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Musik yang mereka mainkan merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. Para Crusties tersebut merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama Crusties saja.
Glam Punk
Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya.
Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering mereka tuangkan sendiri dalam berbagai macam karya seni. Mereka benar-benar sangat menjauhi perselisihan dengan sesama komunitas atau pun dengan orang-orang lainnya.
Hard Core Punk
Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.
Hard Core Punk mulai berkembang pada tahun 1980an di Amerika Serikat bagian utara. Musik dengan nuansa Punk Rock dengan beat-beat yang cepat menjadi musik wajib mereka. Jiwa pemberontakan juga sangat kental dalam kehidupan mereka sehari-hari, terkadang sesama anggota pun mereka sering bermasalah.
Nazi Punk
Dari sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock Against Communism dan Hate Core.
Dari sekian banyaknya komunitas Punk, mungkin Nazi Punk ini merupakan sebuah komunitas yang benar-benar masih murni. Faham Nazi benar-benar kental mengalir di jiwa para anggotanya. Nazi Punk ini sendiri mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970an akhir dan dengan sangat cepat menyebar ke Amerika Serikat. Untuk musiknya sendiri, mereka menamakannya Rock Against Communism dan Hate Core.
The Oi
The Oi atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Para anggotanya sendiri biasa disebut dengan nama Skinheads. Para Skinheads ini sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup mereka. Untuk urusan bermusik, para Skinheads ini lebih berani mengekspresikan musiknya tersebut dibandingakan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Para Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust Punk.
The Oi atau Street Punk ini biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat keonaran dimana-mana, terlebih lagi di setiap pertandingan sepak bola. Para anggotanya sendiri biasa disebut dengan nama Skinheads. Para Skinheads ini sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup mereka. Untuk urusan bermusik, para Skinheads ini lebih berani mengekspresikan musiknya tersebut dibandingakan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Para Skinheads ini sendiri sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust Punk.
Queer Core
Komunitas Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang “sakit”, namun komunitas ini bisa menjadi bahaya jika ada yang berani mengganggu mereka. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985.
Komunitas Punk yang satu ini memang sangat aneh, anggotanya sendiri terdiri dari orang-orang “sakit”, yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transexual. Walaupun terdiri dari orang-orang “sakit”, namun komunitas ini bisa menjadi bahaya jika ada yang berani mengganggu mereka. Dalam kehidupan, anggota dari komunitas ini jauh lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas-komunitas Punk yang lainnya. Queer Core ini sendiri merupakan hasil perpecahan dari Hard Core Punk pada tahun 1985.
Riot Grrrl
Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC.
Riot Grrrl ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Anggota ini sendiri juga tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari Seattle, Olympia dan Washington DC.
Scum Punk
Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang layak untuk diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri.
Jika Anda tertarik dengan Punk, mungkin ini salah satu komunitas yang layak untuk diikuti. Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri.
The Skate Punk
Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing.
Skate Punk memang masih erat hubungannya dengan Hard Core Punk dalam bermusik. Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Para anggota komunitas ini biasanya sangat mencintai skate board dan surfing.
Ska Punk
Ska Pun merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau Pogo, tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memilikibeat-beat yang sangat cepat.
Ska Pun merupakan sebuah penggabungan yang sangat menarik antara Punk dengan musik asal Jamaica yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa mereka sebut dengan Skanking atau Pogo, tarian enerjik ini sangat sesuai dengan musik dari Ska Punk yang memilikibeat-beat yang sangat cepat.
Punk Fashion
Para Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan mereka ini. Terkadang gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya berbusana saat ini yang akhirnya malah merusak citra dari para Punkers itu sendiri. Untuk pakaiannya sendiri, jaket kulit dan celana kulit menjadi salah satu andalan mereka, namun ada juga Punkers yang menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau kritikan terhadap pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk menjadi andalan mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang mengikutinya karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan kesan tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang mereka kenakan.
Para Punkers biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan Punkers meniru dandanan mereka ini. Terkadang gaya para Punkers ini juga digabungkan dengan gaya berbusana saat ini yang akhirnya malah merusak citra dari para Punkers itu sendiri. Untuk pakaiannya sendiri, jaket kulit dan celana kulit menjadi salah satu andalan mereka, namun ada juga Punkers yang menggunakan celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan kaos-kaos yang bertuliskan nama-nama band mereka atau kritikan terhadap pemerintah. Untuk rambut biasanya gaya spike atau mohawk menjadi andalan mereka. Untuk gaya rambut ini banyak orangorang biasa yang mengikutinya karena memang sangat menarik, namun terkadang malah menimbulkan kesan tanggung. Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang wajib mereka kenakan. Untuk sepatu, selain boots tinggi, para Punkers juga biasa menggunakan sneakers namun hanya sneakers dari Converse yang mereka kenakan.
Gaya para punkers tersebut nampaknya semakin
marak dikenakan akhir-akhir ini, jika begitu mungkin Anda setuju dengan
ungkapan PUNK NOT DEAD.!!
Sumber : Blog Anak PUNK